Pemicu kemarahan warga adalah program arisan kurban yang diluncurkan tanpa sosialisasi. Meski diklaim didukung kaum perempuan, warga justru menyebut mayoritas menolak program tersebut.
“Siapa yang mereka maksud perempuan yang setuju? Hampir semua yang kami tanya justru tidak tahu-menahu,” kata Haji Syahruni, peserta aksi.
Warga juga mengungkapkan bahwa selama lima tahun kepemimpinan Jainudin, RAT hanya pernah digelar sekali, pada 2023, dan itupun dilaksanakan secara tergesa tanpa kejelasan hasil. Mereka juga mengaku mengalami intimidasi, seperti ancaman tidak mendapat Sisa Hasil Usaha (SHU) jika tak sejalan dengan keputusan ketua.
Tokoh masyarakat, Haji Multani, menuntut agar RAT dilaksanakan pekan ini juga, serta meminta transparansi keuangan koperasi sejak 2023. “Kami ingin melihat rekening koran koperasi. Uang keluar dan masuk harus diketahui seluruh anggota,” tegasnya.
Aksi damai ini menjadi sinyal bahwa masyarakat tidak lagi tinggal diam atas dugaan penyalahgunaan wewenang dalam pengelolaan koperasi. Warga berharap aksi ini menjadi awal perubahan menuju tata kelola koperasi yang transparan dan demokratis.(WD)