BERITASERUYAN.COM– Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan dan mewujudkan pengelolaan bentang alam secara bekerlanjutan, pemerintah Kabupaten Seruyan melalui kegiatan talkshow “Aksi Kolaboratif: Gawi Bapakat dan Generasi Muda #SiapAmbilPeran”, Kabupaten Seruyan memperkenalkan Gawi Bapakat. Aksi ini merupakan inisiatif Pemerintah Daerah yang didukung oleh Kaleka.
Bertempat di Lapangan Kantor Desa Selunuk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Seruyan menyampaikan dampak positif program Gawi Bapakat terhadap masyarakat di Kabupaten Seruyan. “Pemerintah Kabupaten Seruyan menginginkan desa yang maju, desa yang berkelanjutan, dan desa yang bisa memfasilitasi anak muda untuk mandiri secara ekonomi tapi juga melindungi lingkungan mereka. Untuk itulah Gawi Bapakat dikembangkan,” kata Albidinnoor, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Seruyan.
Dijelaskannya, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan serta mewujudkan pengelolaan bentang alam secara berkelanjutan, aksi ini tidak hanya dipimpin oleh pemerintah daerah, namun juga menggandeng berbagai pihak, termasuk sektor swasta, organisasi masyarakat, dan generasi muda. Selain itu, Gawi Bapakat juga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya kolaborasi multi-pihak dalam mewujudkan upaya tersebut.
Menurutnya, sejak tahun 2022, Kabupaten Seruyan telah berkomitmen untuk menjalankan program Gawi Bapakat dan saat ini sudah 53 desa menyatakan komitmen untuk mengikuti program ini. Salah satu fokus utama dari Gawi Bapakat adalah mengidentifikasi potensi pasar dan aneka olahan pasca panen untuk komoditas-komoditas unggulan, termasuk nilam, gula palma, dan sektor perikanan. Untuk tanaman nilam (Illicium verum) uji coba pertama akan dilakukan di desa Pematang Limau. Nilam dikembangkan karena memiliki potensi pasar yang tinggi.
Pada kegiatan tersebut, turut hadir Muji Syukur, Purchasing Manager PT. Aroma Atsiri Indonesia sebagai narasumber. Muji memaparkan bahwa Indonesia merupakan negara pemasok nilam terbesar di dunia dengan total produksi 90% dibandingkan dengan negara lain. Adapun di Indonesia, yaitu 80% dari Sulawesi, 10% dari Sumatera, 5% dari Jawa, dan 5% dari wilayah lainnya. “Nilam berpotensi mengangkat perekonomian karena proses operasional dan rantai pasoknya melibatkan banyak pihak. Selain itu, generasi muda yang cenderung kreatif dan lebih memahami teknologi dapat mulai berkolaborasi dengan petani untuk terlibat dalam pengembangan komoditas ini. Dari sini lah, dampingan dari Youth of Tani Baik Kaleka di Seruyan dibutuhkan untuk membimbing mereka,” ujar Muji.
Memiliki berbagai kegunaan, termasuk dalam industri parfum, makanan, dan obat-obatan tradisional, budidaya nilam dengan produk turunannya minyak atsiri sering kali dihargai karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Adapun harga minyak nilam dunia per Juli 2023 yakni Rp. 670.000,- per kilogramnya (sumber: kompas.com). Sementara itu, menurut data Kementerian Perindustrian jumlah produksi minyak nilam di Indonesia mencapai 8.500 ton pada tahun 2020. Di beberapa tempat, tanaman nilam juga dikembangkan untuk tujuan konservasi dan pelestarian lingkungan karena sifat tanamannya yang dapat menopang keberlangsungan ekosistem.” Melalui Gawi Bapakat yang digerakkan secara masif, daerah lain bisa melihatnya sebagai model dalam mencapai upaya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya. (AD1)