Apa yang ada dibenak kita semua ketika mendengar tentang anak dengan hambatan tunarungu, atau anak yang sering disebut tuli dimasyarakat. Mereka terlahir dengan keadaan dimana tidak bisa mendengar, namun keadaaan tersebut bisa terjadi setelah mereka dilahirkan. Anak dengan hambatan tunarungu juga mengalami perbendaharaan kata yang sedikit, karena mereka tidak mendengar sehingga kosa kata yang masuk terbatas.
Tidak terpikir dibenak saya anak dengan hambatan tersebut mampu menari dengan iringan musik dan mampu mengikuti setiap gerakan yang diajarkan oleh pendidik. Mereka terlihat senang dan luwes pada setiap gerakannya. Tak ada sedikitpun rasa canggung dan ragu-ragu dalam mengikuti arahan pendidik ketika mengajarkannya. Mungkin dunia baginya terdengar sepi, namun ketika menari dunia yang sepi berubah menjadi keramaian yang membuat dirinya merasa tidak berbeda dengan orang lain.
Mendengar dengan hati mungkin adalah kalimat yang cocok untuknya. Begitu kagumnya saya ketika meliat mereka menari, alunan indah lagu berpadu dengan gerakan nan indah dari seorang anak yang memiliki hambatan pendengaran. Walaupun tidak mendengar namun hatinya memiliki rasa yang mampu membuat alunan lagu menyatu dengan gerakan yang indah. Dunia mungkin menatapnya sebelah mata, namun ia tidak peduli dengan kata-kata disekitarnya. Hari demi hari baginya tidaklah mudah, karena setiap bertemu dengan orang lain mungkin ia akan tidak memahami bahasa orang itu, dan orang lain pun akan sulit memahami apa yang mau dia sampaikan.
Komunikasi memang merupakan hal penting, dimana dengan komunikasi kita mampu mengungkapkan apa yang dirasa dan apa yang diinginkan. komunikasi terjalin secara dua arah, dengan dua insan manusia yang saling berinteraksi. Sama halnya dengan anak dengan hambatan pendengaran, mereka pun memerlukan komunikasi untuk menyampaikan pesan maupun keinginannya.
Mata digunakan untuk melihat, telinga digunakan untuk mendengar, namun bagi mereka, mata digunakan untuk melihat, dan hati digunakan untuk mendengar.
Larisa Hardianti, Agustus 2020