Penulis : Muhammad Yasir
Tahun 2024 mendatang merupakan tahun dimana sejumlah agenda pesta demokrasi rakyat akan dilaksanakan salah satunya pelaksanaan pemilihan legislative (pileg) yang dilaksanakan pada Februari 2024 mendatang. Dimana pada agenda lima tahunan tersebut juga menarik minat seorang milenial yang berasal dari desa Rantau Pulut Kecamatan Seruyan Tengah yakni Christian Kalamus yang merupakan putra dari Domases Al Atak dan ibu Merita untuk ikut bersaing dalam kontestasi politik itu nantinya.
Christian Kalamus yang lahir dari keluarga sederhana dan mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak Pertiwi Rantau Pulut (2004), kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri II Rantau Pulut (2005-2011), lalu Sekolah Menengah Pertama Negeri I Seruyan Tengah (2011-2014), Sekolah Menengah Atas III Sampit (2014-2017), hingga akhirnya berhasil menyelesaikan studi universitasnya di Universitas Negeri Palangkaraya Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis pada tahun 2017 sampai 2022. Dari masa kuliah inilah tumbuh tekad yang kuat untuk membangun Kabupaten Seruyan, terkhusus Batu Ampar, Seruyan Tengah dan Seruyan Hulu dan Suling Tambun, dimana Domases Al Atak lahir dan tumbuh.
Christian Kalamus yang maju melalui partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan asa ‘yang muda, yang merubah’. Dan termasuk generasi milenial tersebut, dirinya terpanggil untuk ikut bersaing pada kontestasi politik tersebut, dimana dirinya ingin berkontribusi untuk ikut dengan lantang menyuarakan dan memperjuangkan majunya masyarakat diwilayah daerah pemilihan (dapil) III yakni Kecamatan Batu Ampar, Seruyan Tengah, Seruyan Hulu dan Suling Tambun tersebut.” Banyak yang jadi permasalahan disini baik itu minilnya infrastruktur jalan, bidang kesehatan dan pendidikan serta bidang ekonomi serta social yang masih belum maksimal dilaksanakan pemerintah daerah Seruyan.” Saya ingin menyuarakan dan memperjuangkan suara masyarakat dapil III yang belum sepenuhnya di realisasikan pemerintah setempat,” ujarnya.
Sekali lagi, Christian Calamus menegaskan sebagai generasi muda yang peduli dengan politik dan juga masyarakat di Bumi Gawi Hatantiring, Ia akan berupaya dan berharap menjadi ‘penyambung lidah rakyat’ baik muda maupun tua untuk menghasilkan kebijakan yang berdaya dan berguna sepenuhnya bagi masyarakat. Terlebih, kebijakan yang berorientasi pada angkatan muda yang banyak menganggur dan menjadi penonton saat banyak tangan-tangan asing membangun usaha mereka, dimana Domases Al Atak dan Meria diam-diam menangis karena keadaan. Selain itu, dengan adanya regenerasi dalam lembaga legislatif, angkatan muda dapat mengambil posisi dalam gelanggang perpolitikan daerah.
Akan tetapi, tidak luput, Christian Kalamus menyampaikan kesan kepada orang-orang yang mencintainya, yaitu Domases Al Atak dan Merita, karena mereka sangat berjasa terhadap dirinya. Terkhusus Domases Al Atak yang memperjuangkan kehidupan mereka dari nol. Ia juga menilai, pendidikan yang keras dan tegas serta mandiri yang diberikan Domases Al Atak, membuatnya menjadi pemuda yang penuh perhitungan, pertimbangan, dan mandiri. Oleh karena itu, sekarang Ia hidup dengan buah dari kemandirian itu. Kepada Domases Al Atak, dirinya mengatakan: “Tanpa beliau, saya tidak bisa merasakan sakit. Karena ini dunia, bukan surga. Dan Domases Al Atak adalah bagian dari rakyat yang harus saya perjuangkan kedepannya.
Putra dari Domases Al Atak yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Penduduk dan Catatan Sipil, Kabupaten Seruyan itu lahir dan tumbuh dari keluarga yang sederhana, dirinya menegaskan bahwasannya sekitar dua puluh empat tahun yang lalu persisnya tahun 1999, di Kota Sampit, Kalimantan Tengah, Indonesia yang perekonomian daerahnya mulai menggeliat, anak kedua dari pasangan Domases Al Atak dan Merita lahir. Ia anak lelaki. Domases Al Atak dan Merita memberi nama kepada anak itu dengan nama yang gagah, yaitu Christian Kalamus. Kelak, ia akan tumbuh sebagai anak lelaki yang berguna bagi bangsa dan negara, meskipun saat itu keluarga Christian Kalamus hanyalah keluarga sederhana. Bahkan, saat prosesi kelahirannya, Domases yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Golongan II di Pemerintahan Kotawaringin Timur kadang tidak memiliki waktu untuk sang buah hati.
Domases adalah lelaki yang bertanggung jawab. Sebelum menikah dengan Merita yang dulunya seorang pekerja di sebuah toko, dirinya telah berjanji bahwa tidak boleh sekali saja keluarganya terjerembab dalam kemiskinan dan penderitaan. Oleh karena itu, Ia berusaha agar anak-anaknya tidak merasakan hal yang sama. Begitu juga sebaliknya dengan Merita. Sebagai seorang yang pas-pasan, Ia tidak pernah menuntut kepada Domases untuk hidup serba berkecukupan. Ia mengerti, memahami, serta mengasihi perjuangan Domases. Meskipun, sesekali Ia sedih dan tidak jarang meneteskan air mata karena keadaan yang memerah cinta mereka.
Jangan bayangkan bagaimana perasaan Domases Al Atak saat itu. Di samping Ia harus bertahan dengan gaji Pegawai Negeri Sipil saat itu, Ia juga harus menunjukan kepada keluarganya bahwa Ia adalah seorang lelaki yang mamut menteng (gagah perkasa) dan isen mulang (pantang menyerah). Akan tetapi, sebelum Kerusuhan Sampit terjadi, pada tahun 1999 Domases Al Atak dan Merita memutuskan untuk kembali ke Rantau Pulut, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan dengan tujuan memperbaiki ekonomi keluarga dengan berladang, bercocok tanam padi, dan berkebun.
Tentu saja, hidup tidak semudah membuang air di dalam gelas. Di Rantau Pulut, Domases bekerja serabutan. Mulai dari tukang giling padi hingga pernah menjadi tukang cuci dan cetak foto. Semua Ia lakukan agar kedua anaknya Christin Natalia dan Christian Kalamus tetap hidup seperti anak sebaya mereka, terkhusus mendapatkan pendidikan yang layak. Di sinilah, dapat dirasakan bagaimana Domases Al Atak dan Merita menangis dalam hati. Dan dari kejauhan hanya terdengar riak suara Sungai Seruyan menambah keheningan.
Hingga waktu dan nasib yang telah digariskan kepada Domases Al Atak menggiring Ia dua kali menjadi Camat di Sandul, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Seruyan Tengah, dan sekarang menjabat sebagai Kepala Dinas Penduduk dan Catatan Sipil, Kabupaten Seruyan—meski Ia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pejabat. Maka, keberuntungan itu juga dirasakan Christin Natalia dan Christian Kalamus yang mengakui bahwa perjuangan Domases Al Atak dan Merita, kedua orang tua yang mereka cintai ialah perjuangan yang berharga dan tidak seorang pun mampu membelinya. “ Saya minta masyarakat Seruyan mendukung putra saya dan semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat Seruyan,” ujar Domases Al Atak. (tim beritaseruyan.com)